Masukkan iklan disini!

[Review Buku] Hujan : Menelisik Masa Depan dan Hujan dalam Romansa

 

                                                                Sumber : Gramedia.com

Novel bertajuk Hujan dengan balutan genre science fiction (sci-fi) ini berhasil menjadi salah satu novel bestseller karangan penulis kondang tanah air Tere Liye. Kisah ini mengangkat tentang persahabatan, cinta, dan keluarga yang mengambil latar waktu di masa depan, tepatnya ketika dunia sudah mulai hancur. Selama menyimak novel ini, pembaca akan disuguhkan dengan berbagai kemajuan teknologi yang mungkin tak pernah terbesit di akal.

Novel ini dibuka dengan tragedi letusan gunung purba yang melenyapkan seisi kota, termasuk kedua orang tua Lail, gadis kecil yang menjadi tokoh utama dalam novel Hujan. Lail berhasil selamat dari reruntuhan bangunan bersama seorang pemuda bernama Esok, pria yang amat riang, penyayang, dan cerdas. Lail dan Esok tinggal bersama di sebuah pengungsian selama kurang lebih satu tahun. Keadaan itulah yang membuat Lail dan Esok semakin dekat bak dua insan manusia yang barangkali oleh takdir   sudah dipasangkan satu sama lain. Namun, ketika pemerintah menutup tempat pengungsian tersebut, Lail dan Esok harus berpisah sebab Lail akan menetap di panti sosial sedangkan Esok telah diangkat menjadi anak sebuah keluarga. Perjumpaan antara Lail dan Esok semakin tak mampu direncanakan, terlebih ketika Esok harus melanjutkan pendidikan di ibu kota.

 Bagian terbaik dari jatuh cinta adalah perasaan itu sendiri, Kamu pernah merasakan rasa sukanya, sesuatu yang sulit dilukiskan kuas sang pelukis, sulit disulam menjadi puisi oleh pujangga, tidak bisa dijelaskan oleh mesin paling canggih sekalipun. Bagian terbaik dari jatuh cinta bukan tentang memiliki. Jadi, kenapa kamu sakit hati setelahnya? Kecewa? Marah? Benci? Cemburu? Jangan-jangan karena kamu tidak pernah paham betapa indahnya jatuh cinta

Ketika dunia sudah mulai pulih, datanglah kembali bencana yang kali ini disebabkan oleh ulah manusia hingga merenggut kelayakan huni bumi. Hal tersebut membuat pemerintah gelisah dan memutar otak untuk mencari jalan keluar menyelamatkan umat manusia. Esok sebagai salah satu pemuda cerdas yang turut dalam proyek kapal luar angkasa membantu memindahkan penduduk bumi ke luar angkasa. Sayangnya, tak semua penduduk bumi dapat diselamatkan dengan kapal luar angkasa tersebut, bahkan Esok sendiri hanya memiliki dua tiket untuk bisa turut dibawa keluar dari bumi. Suatu hari, Esok diminta oleh kedua orang tua angkatnya untuk membawa adiknya, Claudia bersamanya. Esok yang merasa berhutang budi pun tidak berkuasa menolak permohonan dari kedua orang tua angkatnya tersebut. Sementara itu, Lail masih terus menunggu kepastian dari Esok hingga menjelang pengumuman keberangkatan. Lail dengan segala pertarungan dalam isi kepalanya memutuskan untuk pergi ke pusat rehabilitasi kenangan. Pada detik-detik terakhir, Lail dihadapkan pada oilihan akankah ia melupakan sosok Esok atau melanjutkan hidup dengan kenangan-kenangannya bersama Esok.

Keseluruhan kisah antara Lail, Esok, dan tokoh-tokoh lain yang terlibat dengan segala kompleksitas keadaan di bumi mampu membuat pembaca turut berimajinasi dan merasakan berbagai emosi yang dituangkan, mulai dari tegang, sedih, dan empati sekalipun. Novel Hujan berhasil memberikan pesan yang nyata tentang bagaimana menerima, mencintai, dan mengandalkan satu sama lain. Tak hanya itu, novel ini juga sarat akan pesan bagi seluruh umat manusia saat ini agar mampu menggunakan teknologi dengan bijak untuk mempertahankan bumi yang layak untuk dihuni hingga generasi berikutnya(Petrin)

Bukan melupakan yang jadi masalahnya. Barangsiapa yang bisa menerima, maka dia akan bisa melupakan, hidup bahagia. Tapi jika dia tidak bisa menerima, dia tidak akan pernah bisa melupakan. 

No comments