WTPM dan Problematika yang Menyertai
Photo: PH |
Selasa (19/04) BEM FKM Undip Bidang
Pokja ISMKMI mengadakan diskusi asik mengenai tema yang sedang hangat, World
Tobacco Prosess and Machinery atau pameran industri rokok yang kabarnya akan diselenggarakan
di Indonesia, tepatnya di Jakarta April ini. Diskusi yang dihadiri Dekan
Fakultas Kesehatan Masyarakat, Ibu Hanifa Maher Denny beserta Pembantu Dekan
III, Ibu Martha Irene dan Ketua dan Wakil Ketua BEM FKM ini mengundang sekjen ISMKMI
Andi Ikram Rifqi sebagai narasumber dan dipandu Muslim (Kabid Sospol BEM FKM
Undip) selaku moderator.
Diskusi yang berlangsung di Gedung
D201.1 ini membahas fakta-fakta dibalik WTPM yang secara intensif berusaha
menyelenggarakan acara di Indonesia. Salah satu penyebabnya adalah karena Indonesia
masih belum melakukan FCTC atau Framework
Convention on Tobacco Control
dimana dari 168 negara di Dunia, Indonesia menjadi satu-satunya negara di Asia
yang tidak ikut serta. Meskipun pada tahun 2012 WTPM yang dulunya masih bernama
WTA atau World Tobacco Asia ini sempat dilaksanakan di Indonesia, pada tahun
2014 WTA kembali lagi ke Indonesia, tepatnya di Pulau Bali dengan mengganti
nama nya menjadi WTPM. Namun karena banyaknya intervensi khususnya dari
mahasiswa untuk memberhentikan Pameran Mesin Rokok tersebut, hingga akhirnya
Gubernur Bali pun menolak dan membatalkan MoU dengan pihak penyelenggara.
Ikram menjelaskan, “Inilah yang kami
harapkan juga dilakukan oleh bapak Gubernur
Jakarta, Basuki Tjahja untuk mengambil tindakan yang sama. Karena tahun
ini WTPM akan menyelenggarakan acaranya di Jakarta. Sehingga Gubernur Jakarta
lah yang paling berhak membantalkan acara tersebut. Namun setelah kami
mahasiswa turun dan memberikan petisi pada Bapak Ahok, jawaban yang diberikan
masih kurang sesuai dan dirasa seperti mendukung adanya Pameran Mesin Rokok ini.”
Alasan mahasiswa menolak adanya pameran
ini dikarenakan dengan adanya pameran ini, akan memperkenalkan alat-alat baru
pembuat rokok kepada masyarakat dimana nantinya akan timbul UKM-UKM penghasil
rokok yang hasilnya menambah produksi rokok di Indonesia. Di kahawatirkan hal
ini akan berpengaruh pada pengguna rokok yang meningkat, sehingga angka
penyakit kanker pankreas yang disebabkan oleh rokok ini akan meningkat di
Indonesia.
Dalam kesempatan kali ini, Ikram juga
menyebutkan bahwa peran media dalam kasus ini masih belum terlihat dikarenakan
beberapa media yang memiliki kepentingan dan berada dibawah naungan pemerintah
terkesan enggan mem-blow up berita
ini. “Media pun dirasa punya kepentingan tersenndiri sehingga kurang dalam
menyoroti hal ini. Karena media juga mencari uang sehingga jika dana yang kami
mahasiswa miliki jauh berbeda dibandingkan penyelenggara WTPM menyebabkan media
kurang dalam menggencarkan berita aksi mahasiswa menolak WTPM ini,” jelas Ikram
(19/04). (Raysha Afiff)
Post a Comment