Masukkan iklan disini!

Menggali & Mengembangkan Potensi Wisata Desa Kalisidi Oleh Mahasiswa Undip Melalui Platform Exovillage

 

Anggota Tim KKN & Kepala Desa Kalisidi
(Sumber : Dokumen Pribadi)

Pandemi Covid-19 sangat berpengaruh terhadap sektor pariwisata dan ekonomi kreatif khususnya di Indonesia. Jika ditinjau dari data Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, sepanjang tahun 2020 jumlah wisatawan mancanegara yang masuk ke Indonesia hanya sekitar 4,052 juta orang. Angka tersebut sangat memprihatinkan karena dari total tersebut hanya sekitar 25% dari jumlah wisatawan yang masuk ke Indonesia pada 2019.

Promosi wisata merupakan komunikasi dalam pemasaran pariwisata. Dalam suatu objek wisata atau destinasi wisata, promosi wajib dilakukan secara baik dan berkesinambungan. Promosi pariwisata yang diadakan adalah untuk memberitahukan, membujuk atau meningkatkan konsumen atau wisatawan supaya wisatawan yang bersangkutan mempunyai keinginan untuk datang berkunjung ke daerah yang telah dipromosikan.

Oleh karena itu promosi harus dilakukan melalui media komunikasi yang efektif, sebab orang-orang yang menjadi sasaran promosi mempunyai selera dan keinginan yang berbeda-beda. Promosi akan lebih efektif melalui bauran promosi, yaitu kombinasi yang optimal dari pemilihan berbagai jenis kegiatan promosi. Salah satu bentuk promosi wisata yang dapat dilakukan yaitu dengan menggunakan Platform Digital bernama Exovillage.

(Sumber : exovillage.com)


Exovillage merupakan startup pariwisata yang bertujuan untuk mengeksplorasi potensi wisata yang ada di Indonesia. Potensi wisata tersebut dapat berbentuk seni, budaya, alam, serta kuliner. Dengan adanya Platform Exovillage tersebut, masyarakat dapat langsung mempromosikan dan memetakan potensi wisata di wilayahnya masing-masing dengan lebih mudah dan efektif.

Oleh karena itu, penulis (Avifah Tajimas Ekaviani), beserta Tim KKN Tematik Exovillage untuk Desa Kalisidi (Farah, Namira, Catharina, Sayyid, dan Heny) sebagai Mahasiswa KKN Tematik Universitas Diponegoro x Exovillage ikut serta melaksanakan program pemberdayaan potensi wisata desa di Desa Kalisidi, Kecamatan Ungaran Barat, Kabupaten Semarang pada tanggal 26 Oktober-26 Desember 2021.

Rapat Pembentukan Tim KMK
(Sumber : Dokumen Pribadi)


Kegiatan KKN Tematik ini bertujuan untuk memetakan potensi desa dalam upaya pencapaian SDG's. Kegiatan yang dilaksanakan berupa identifikasi potensi desa, pemberdayaan masyarakat, literasi digital, serta penyusunan Roadmap pengembangan destinasi wisata. 

Selama kegiatan KKN, ternyata banyak sekali potensi wisata dari Desa Kalisidi. Potensi wisata tersebut diantaranya Curug Lawe dan Curug Benowo (CLBK), Jeguran, Kebun Cengkeh, dan KOBUKA (Kopi Bubuk Kalisidi)

  1. CLBK (Curug Lawe dan Benowo Kalisidi)

    Destinasi wisata alam berupa air terjun yang cocok bagi para pecinta wisata alam. Curug Lawe berada di kawasan Gunung Ungaran, Semarang. Letaknya yang berada di dalam hutan dan dilingkupi tebing memang membutuhkan usaha lebih untuk bisa dicapai. Air terjun ini terlindungi oleh hutan dan lereng berbentuk setengah lingkaran yang melingkupinya. Tingginya mencapai kurang-lebih 30 meter dengan jatuhan air yang menyerupai benang-benang putih. Alasan inilah yang membuatnya dinamai ‘lawe’.

    Bersama Curug Benowo, objek wisata ini disebut sebagai Curug Lawe Benowo Kalisidi yang disingkat menjadi CLBK. Kedua air terjun ini menawarkan panorama air terjun yang masih alami dengan kondisi air yang jernih. Selain itu, sepanjang perjalanan menuju lokasi air terjun, pengunjung akan dimanjakan oleh suasana hutan serta pemandangan Puncak Ungaran yang menawan.

    Dengan jam operasionalpada pukul 08.00-15.00 dan dengan mengeluarkan kocek sebesar Rp.8.000,-/orang pengunjung sudah dapat menikmati keindahan Curug Lawe dan Curug Benowo ini.

    Curug Lawe
    (Sumber : Dokumen Pribadi)

  2. Jeguran 

    Desa Kalisidi, Kec. Ungaran Barat, Kab.Semarang punya salah satu hiden gem loh, yaitu Jeguran. Jeguran merupakan spot rahasia yang merupakan aliran air sungai dengan air terjun mini yang sangat bersih dan jernih. Nama Jeguran berasal dari bahsaa jawa "Jegur" yang berarti "terjun".

    Di tempat ini wisatawan bisa bermain air atau hanya duduk sambil berfoto. Tak hanya itu, tempatnya yang gratsis, sepi, dan tidak banyak dikunjungi wisatawan membuat kalian yang berkunjung kesana dengan membawa penat di dalam diri akan merasakan ketenangan dan keterntraman.

    Akses menuju kesana juga tidak kalah ciamik. Butuh waktu kurang lebih 5-10 menit dari pintu wisata Curug Lawe dan dengan melewati hamparan kebun ditambah dengan pemandangan dari atas gunung yang indah, membuat perjalanan ke Jeguran tak akan terasa membosankan.

    Jeguran
    (Sumber : Dokumen Pribadi)

  3. Kebun Cengkeh

    Desa Kalisidi terdapat pertanian, perkebunan, dan peternakan. Pertanian diantaranya adalah pertanian pokok yang meliputi tani jagung dan tani kacang polong ijo. Perkebunan meliputi perkebunan kopi, cengkeh, dan hasil bumi lainnya. Perkebunan cengkeh merupakan salah satu perkebunan terluas yang ada di Desa Kalisidi.

    Di perkebunan cengkeh ini, para pengunjung selain bisa menikmati hamparan cengkeh yang luas, juga bisa melihat keindahan kota dari atas gunung ungaran. Tempat ini sangat cocok bagi para pengunjung yang suka berfoto di hamparan hijau luas atau bahkan melihat sunset yang indah dari atas gunung di perkebunan cengkeh.

    Kebun Cengkeh
    (Sumber : Dokumen Pribadi)

  4. Kopi KOBUKA

    Desa Kalisidi, Kec. Ungaran Barat, Kab. Semarang, Jawa Tengah merupakan salah satu desa dengan kekayaan utama berupa pertanian dan perkebunan. Salah satu hasil perkebunan unggulan dari Desa Kalisidi adalah Kopi. Hal ini yang mencetuskan kepada Desa Kalisidi membuat dan memproduksi kopi bubuk desanya, yang diberi nama KOBUKA (Kopu Bubuk Kalisidi).

    Kobuka di produksi dengan mengambil kopi dari kebun-kebun kopi milik warga desa. Kopi dibeli langsung dari warga tanpa melalui perantara tengkulak. Proses produksi dilakukan di kedai KOBUKA langsung setiap hari Kamis oleh para tim produksi yang berasal dari warga setempat juga. Ada cita rasa buah nangka di dalam kopi ini, kami menyebutnya kopi nangka. Mungkin karena pohon kopi mayoritas ditanam berdekatan dengan pohon nangka yang banyak tumbuh daerah tersebut.

    Cukup merogok kocek berkisar Rp.4.000,- s/d Rp.60.000,- dengan ukuran kemasan 50 gram, 100 gram, dan 400 gram serta dengan disuguhi pemandangan yang sangat apik, membuat KOBUKA ini sangat layak dan patut dikunjungi oleh para wisatawan, terutama para pecinta kopi.

Kedai Kobuka
(Sumber : Dokumen Pribadi)

Kopi Kobuka
(Sumber : Dokumen Pribadi)

Diharapkan dengan adanya KKN Tematik Undip X Exovillage ini, potensi wisata yang dimiliki Desa Kalisidi semakin terpublikasi dan semakin banyak lagi wisatawan yang yang berkunjung ke Desa Kalisidi. (Avifah Tajimas E. dan Tim KKN Tematik Desa Kalisidi)

No comments