Masukkan iklan disini!

Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK): Ancaman Tersembunyi bagi Pekerja dan Masyarakat

Sumber: google. com

    Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) merupakan gangguan pernapasan kronik yang ditandai dengan hambatan aliran udara secara progresif dan tidak sepenuhnya reversibel. Hambatan ini biasanya disebabkan oleh respons inflamasi abnormal dari paru terhadap partikel atau gas berbahaya, terutama asap rokok dan polutan lingkungan kerja.

     Menurut World Health Organization (WHO), PPOK menempati peringkat ketiga penyebab kematian terbanyak di dunia, dengan jutaan kasus baru setiap tahunnya. Di Indonesia, prevalensi PPOK mencapai sekitar 3,7% populasi dewasa, dan sebagian besar penderita tidak menyadari penyakitnya hingga mencapai tahap lanjut. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) umumnya disebabkan oleh paparan jangka panjang terhadap zat iritan yang merusak paru-paru, di antaranya:
  1. Presentase mencapai 80% orang dengan merokok aktif maupun pasif.
  2. Paparan debu industri dan bahan kimia seperti asap las, kapas, tekstil, cat, atau asap pembakaran di tempat kerja.
  3. Polusi udara dalam ruangan tanpa ventilasi.
  4. Polusi udara luar ruangan dari kendaraan dan industri.
  5. Faktor genetik dengan presentase rendah.
    Pekerja di sektor industri seperti tekstil, tambang, konstruksi, dan manufaktur memiliki risiko tinggi mengalami Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) akibat paparan debu dan gas berbahaya setiap hari. Gejala Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) berlangsung secara perlahan dan sering kali diabaikan karena dianggap sebagai “batuk biasa”. Gejala yang perlu diwaspadai, antara lain:
  1. Batuk kronik yang berlangsung lebih dari 3 bulan dalam setahun selama 2 tahun berturut-turut.
  2. Batuk dengan dahak berlebih, terutama di pagi hari.
  3. Sesak napas yang semakin berat saat beraktivitas.
  4. Bunyi napas (wheezing) dengan durasi lama.
  5. Memiliki rasa berat di dada dan cepat lelah.
    PPOK tidak memiliki obat untuk menyembuhkan sehingga penanganannya hanya berfokus untuk mengendalikan gejala, meningkatkan kualitas hidup, mengurangi eksaserbasi dan mortalitas. Berikut beberapa penangan yang dapat dilakukan, antara lain:
  1. Berhenti merokok.
  2. Menghindari polusi udara.
  3. Menggunakan obat hirup, seperti bronkodilator dan steroid.
  4. Terapi oksigen.
  5. Rehabilitasi paru.
    PPOK menjadi penyakit yang perlu diwaspadai oleh masyarakat, terutama bagi pekerja di sektor industri. Ketiadaan obat meningkatkan risiko mortalitas sehingga sebisa mungkin masyarakat melakukan pencegahan melalui pola hidup yang sehat. Mari peduli dengan kesehatan paru-paru, terapkan pola hidup sehat, dan cegah risiko PPOK! (Arivia, Safira)

Referensi:
  1. World Health Organization. (2023). Chronic obstructive pulmonary disease (COPD). Retrieved from https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/chronic-obstructive-pulmonary-disease-(copd)
  2. Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease. (2024). Global strategy for the diagnosis, management, and prevention of COPD (2024 report). GOLD.
  3. Murray, C. J. L., & Lopez, A. D. (2020). The global burden of disease study and the future of health metrics. The Lancet, 396(10267), 1134–1156.
  4. Cleveland Clinic. (2023). What is chronic obstructive pulmonary disease (COPD)?. Retrieved from https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/8709-chronic-obstructive-pulmonary-disease-copd

No comments