Masukkan iklan disini!

6 Rekomendasi Film Studio Ghibli untuk Menemani Liburan Akhir Tahun


Sumber: Fandom.com, IMDb, The Cardinal Times, Rotten Tomatoes


    Studio Ghibli, merupakan studio animasi asal Jepang yang sudah menemani penontonnya sejak tahun 1985 silam. Dipimpin oleh sutradara Hayao Miyazaki, Isao Takahata, dan produser Toshio Suzuki, Studio Ghibli sudah menciptakan berbagai film dengan berbagai genre yang unik, menghibur, dan terasa sangat magical. Untuk itu, di penghujung 2025 ini, yuk lihat beberapa film garapan Studio Ghibli buat menemani liburan akhir tahun!


1. Whisper of the Heart (1995)
Sumber: fandom.com

    Whisper of the Heart adalah gambaran dari kehidupan banyak remaja yang menghadapi masa-masa krisis saat bingung akan masa depan, memperdebatkan jurusan, ditentang untuk memilih cita-cita sendiri, terpaksa mengubur mimpi, dan masa ingin merasakan romansa yang berapi-api. Menampilkan Amasawa Seiji yang hobi membaca berbagai jenis buku dan terlihat sangat passionate pada cita-citanya untuk menjadi seorang pengrajin biola, serta Tsukishima Shizuku, anak SMA yang punya hobi membaca buku dan akan segera lulus dari sekolahnya namun masih belum tahu mau jadi apa.

    Whisper of the Heart juga mengingatkan kita bahwa tak ada salahnya untuk mencoba dan membuktikan diri untuk menggapai hal-hal yang kita sukai. Memiliki animasi yang memikat mata, karakter Seiji dan Shizuku yang keren, jalan cerita yang mudah dipahami, dialog-dialog yang membuat kita terpaku terbawa suasana, serta lagu Take me home, Country Roads milik John Denver yang diputar sepanjang film membuat Whisper of the Heart menjadi salah satu film Studio Ghibli yang wajib ditonton berulang kali.


2. Ponyo (2008)
Sumber: IMDb

    Menceritakan Ponyo atau Brunhilde, si makhluk setengah manusia setengah ikan mas yang terjebak di botol kaca dan diselamatkan oleh Sosuke, anak TK yang tinggal di puncak tebing dekat laut. Setelah dirawat beberapa hari, Ponyo jatuh hati pada dunia manusia—dan pada Sosuke—dengan cara yang polos dan gemas khas anak-anak. Berkat gen ayahnya yang seorang penyihir dan ibunya yang merupakan dewi laut, Ponyo bisa berubah dari ikan menjadi anak kecil berambut oranye. Sayangnya, sang ayah tidak menyetujui perubahan ini. Laut pun mengamuk, tsunami datang menghantam, dan desa tempat Sosuke tinggal pun tenggelam. Dengan mainan perahu yang disulap menjadi perahu sungguhan, petualangan Sosuke dan Ponyo untuk mencari ibu Sosuke yang terpisah pun dimulai.

    Seperti film khas Studio Ghibli yang magis dan sedikit tak masuk akal, Ponyo terasa sangat menyenangkan dan menggemaskan. Chemistry Ponyo dan Sosuke sederhana tapi hangat dan menunjukkan keberanian mereka. Di balik visualnya yang cerah, film ini juga mengingatkan kita untuk berbuat baik pada semua makhluk hidup dan menjaga keseimbangan alam supaya tidak terjadi bencana yang membahayakan.


3. Spirited Away (2001)

Sumber: IMDb

    Spirited Away mengisahkan perjuangan Chihiro yang harus survive dan beradaptasi di dunia arwah setelah ia dan orang tuanya tanpa sengaja masuk ke terowongan misterius. Ketamakan kedua orang tuanya yang melahap makanan arwah tanpa izin berujung menjadi kutukan dan merubah mereka menjadi babi. Agar tidak lenyap dan bisa menyelamatkan orang tuanya, Chihiro terpaksa menyamar, mengubah namanya, dan bekerja di pemandian arwah. Di sana, ia menggosok berbagai jenis arwah, bekerja keras tanpa banyak protes, bertemu Haku, No-Face, serta makhluk lain yang sama-sama terjebak sambil menjelajahi dunia arwah yang ramai, aneh, tapi adakalanya indah.

    Lewat film ini, kita akan menyaksikan character development dari Chihiro yang berubah dari anak penakut menjadi berani demi orang tuanya. Ceritanya padat dan sedikit kompleks, namun tetap menyenangkan untuk diikuti. Di balik visual dan cerita magisnya, Spirited Away mengingatkan kita untuk tahu diri, tidak serakah, tidak bertingkah, dan tidak berucap sembarangan saat berada di tempat orang lain atau tempat baru. Karena, di dunia ini masih banyak hal-hal yang tidak kita ketahui. Daripada membawa petaka, lebih baik kita behave aja alias desa mawa cara, negara mawa tata.


4. From Up on Poppy Hill (2011)

Sumber: fandom.com

    From Up on Poppy Hill menceritakan tentang Umi Matsuzaki dan Shun Kazama yang sama-sama berjuang dengan cara berbeda demi menyelamatkan Latin Quarter, gedung serbaguna tempat siswa SMA dan berbagai klub sekolah mereka berkumpul. Shun yang bersuara lewat tulisan dan kritik tajam di koran sekolah, sementara Umi bersama teman-temannya yang memilih turun tangan langsung, merenovasi, membersihkan, dan menghidupkan kembali bangunan reyot yang lebih mirip sarang ribuan laba-laba daripada pusat kegiatan siswa.

    Dari tujuan yang sama itu, kedekatan Umi dan Shun pun semakin dekat, sampai suatu hari mereka dihadapkan pada kemungkinan pahit bahwa Shun mungkin adalah saudara kandung Umi dari mendiang ayahnya. Film ini menampilkan kebersamaan Umi, Shun, dan teman-teman mereka serta semangat gotong royong yang membara untuk mempertahankan Latin Quarter sekaligus menelusuri kebenaran tentang identitas Shun. Bagi beberapa orang, film ini mungkin akan terasa sedikit membosankan mengingat konfliknya tidak terlalu berat dan relatif cepat terselesaikan. Tapi, bagi sebagian orang lainnya, film ini mungkin cukup menghangatkan.


5. Howl’s Moving Castle (2004)

Sumber: The Cardinal Times

Howl’s Moving Castle merupakan salah satu film Studio Ghibli yang cukup populer di telinga orang awam. Film ini mengisahkan Sophie, pengrajin topi nan cantik yang dikutuk menjadi nenek tua dan tidak bisa menceritakan kutukannya kepada siapa pun. Hidupnya berubah saat ia terlibat dengan Howl, penyihir tampan nan misterius. Pertemuan mereka berlanjut ketika Sophie menemukan kastil berjalan milik Howl di sebuah bukit, bertemu Calcifer si api ajaib, dan akhirnya menetap sebagai asisten rumah tangga di kastil yang penuh rahasia.

    Film ini terasa cukup kompleks dan menegangkan. Posisi Sophie yang harus “menyamar”, konflik peperangan yang menyeret Howl, serta kehadiran para penyihir jahat dengan keajaiban masing-masing membuat penonton ikut was-was. Meski begitu, Howl’s Moving Castle sangat menyenangkan mengingat karakter lain seperti Calcifer dan Markl yang memeriahkan kastil Howl dengan berbagai tingkah mereka, serta misteri bagaimana masalah Sophie dan Howl akan berakhir.


6. The Boy and the Heron (2023)

Sumber: Rotten Tomatoes

    The Boy and the Heron merupakan film Studio Ghibli terbaru yang rilis dua tahun lalu. Masih membawa agenda magis dan penuh misteri, film ini mengisahkan Mahito, anak laki-laki yang kehilangan ibunya akibat kebakaran dan harus pindah ke pedesaan setelah ayahnya menikah lagi. Di rumah barunya, Mahito menjadi cukup pendiam dan belum dapat menerima keluarga barunya. Keadaan makin ganjil ketika ia terus diganggu oleh seekor bangau abu-abu yang seolah memancingnya keluar rumah dan mengarahkannya ke sebuah menara tua di dekat tempat tinggalnya. Saat Mahito masuk ke menara tersebut, ia terseret pula ke dunia lain yang aneh dan tentunya ajaib.

    Di sana, Mahito berpetualang dari satu tempat ke tempat lain, berhadapan dengan makhluk-makhluk ajaib dan berbahaya, sambil mencari jawaban untuk bertemu buyutnya yang masih terhubung dengan keluarga dari ibunya terdahulu. Film ini cukup berhasil membuat penonton ikut terseret ke dalam dunia yang tidak bisa dijelaskan, sekaligus menyaksikan keberanian Mahito bertahan di dunia baru meski dihantui rasa kehilangan dan kerinduan akan ibunya. Secara keseluruhan, Ceritanya berjalan pelan dan mengharuskan penonton menafsirkan sendiri maknanya. Meski begitu, film ini tetap meninggalkan kesan mendalam tentang duka, penerimaan, dan pilihan untuk hidup di tempat kita seharusnya berada.


    Berikut film Studio Ghibli lain yang tak kalah menyenangkan juga wajib masuk watchlist:
  • Nausicaä of the Valley of the Wind (1984)
  • Castle in the Sky (1986)
  • My Neighbor Totoro (1988)
  • Grave of the Fireflies (1988)
  • Kiki's Delivery Service (1989)
  • Only Yesterday (1991)
  • Porco Rosso (1992)
  • Princess Mononoke (1997)
  • The Cat Returns (2002)
  • The Wind Rises (2013)
  • The Tale of the Princess Kaguya (2013)
  • When Marnie Was There (2014)

    Jadi, jangan lupa siapin setoples rengginang dan selimut buat binge-watching semua film garapan Studio Ghibli waktu liburan nanti ya, selamat menonton! (alvita)

No comments