Masukkan iklan disini!

Mayday di Semarang: Demonstrasi Berujung Ricuh, Mahasiswa dan Jurnalis Jadi Korban



Sumber: Dokumentasi Pribadi


    Semarang, Jawa Tengah – Aksi peringatan Hari Buruh Internasional (Mayday) di Semarang, Jawa Tengah, pada Kamis, 1 Mei 2025, berakhir ricuh. Situasi tegang ini mengakibatkan sejumlah demonstran, termasuk mahasiswa, diamankan, dan seorang jurnalis turut menjadi korban kekerasan oleh aparat kepolisian.

    Awalnya, demonstrasi berjalan damai dan tertib. Namun, situasi memanas ketika sekelompok massa berpakaian hitam mencoba memasuki Gedung Gubernur Jawa Tengah. Mereka melempari botol, batu, dan merusak pagar tanaman di Jalan Pahlawan. Aparat kepolisian merespons dengan menembakkan gas air mata dan water cannon untuk memukul mundur massa aksi, yang memicu bentrokan lebih lanjut. Beberapa demonstran dilaporkan menyalakan petasan di tengah kericuhan.

    Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) mencatat, sedikitnya 18 mahasiswa ditangkap, diangkut ke dalam truk aparat dan dibawa ke Markas Polrestabes Semarang. Beberapa di antaranya mengalami pemukulan. YLBHI juga melaporkan adanya mahasiswa yang dilarikan ke rumah sakit bahkan hingga hilang kontak. Selain itu, beberapa sepeda motor milik peserta aksi juga dilaporkan hilang.

    Di tengah situasi yang kacau tersebut, seorang jurnalis Tempo, Jamal Abdun Nashr (32), menjadi korban penganiayaan oleh oknum yang diduga aparat. Saat merekam proses penangkapan demonstran, Jamal mengaku ditarik paksa, dipiting, dan dibanting oleh diduga polisi yang tidak berseragam. Ia juga dipaksa menghapus rekaman videonya.

    Kepala Kepolisian Resor Kota Besar (Kapolrestabes) Semarang mengaku tidak mengetahui insiden yang menimpa jurnalis Tempo dan berjanji akan melakukan investigasi lebih lanjut. Kepala Bidang Hubungan Masyarakat (Kabid Humas) Kepolisian Daerah (Polda) Jawa Tengah, Komisaris Besar Polisi (Kombes Pol) Arianto, menyatakan bahwa pihaknya mengamankan belasan orang karena aksi unjuk rasa yang dianggap anarkis. Ia juga menyebutkan bahwa kerusuhan dipicu oleh kelompok anarko yang bergabung dengan mahasiswa.

    YLBHI mengecam tindakan represif aparat kepolisian dan kelompok preman yang mengepung kampus Undip Pleburan, tempat mahasiswa mengamankan diri dan mencari perlindungan. Mereka menuntut pembebasan mahasiswa yang ditangkap dan mengutuk kekerasan terhadap jurnalis.

    Aksi Mayday di Semarang yang seharusnya menjadi momentum penyampaian aspirasi buruh dan mahasiswa, justru ternoda oleh aksi kekerasan dan penangkapan. Insiden ini memicu keprihatinan atas kebebasan berekspresi dan keamanan jurnalis dalam meliput peristiwa publik.

No comments