Masukkan iklan disini!

Ketika Transportasi Ramah Lingkungan Justru Meracuni: Nafas Warga Jadi Tumbal Proyek Publik



sumber: LaporGub!

Asap Pekat, Nafas Sesak: Trans Semarang atau Mesin Polusi?

Trans Semarang hadir sebagai simbol kemajuan transportasi kota. Namun kenyataannya, bus yang seharusnya memberi solusi justru menebar ancaman. Terutama di kawasan Gombel, warga seringkali merasakan “semprotan” kepulan asap hitam pekat dari knalpot BRT yang menyelimuti jalanan. Asap ini tidak hanya mengganggu pandangan, tetapi juga membuat sesak dan memicu batuk, terutama bagi anak-anak, lansia, dan pengendara roda dua. Situasi ini bukan hanya sekali dua kali terjadi, melainkan berulang dan seolah dibiarkan. Sementara slogan efisiensi dan modernisasi dikumandangkan, warga hanya mendapatkan ampasnya—udara kotor dan kesehatan yang terancam. Asap bukan sekadar bau busuk, tapi cerminan bobroknya kepedulian pengelola terhadap rakyat kecil!

BOK Tak Efektif: Solusi Setengah Hati, Nafas Setengah Nyawa

Dinas Perhubungan Kota Semarang mengklaim telah menggunakan Bus Operation Control (BOK) sebagai sistem pemantauan armada. Namun berdasarkan laporan SuaraBaru.id, sistem ini belum berjalan efektif dan efisien. BOK yang seharusnya menjadi garda terdepan dalam mengawasi kualitas operasional bus justru gagal mendeteksi dan menindak bus berasap. Dini Inayati, Kabid Angkutan Dishub, mengakui langsung bahwa BOK belum maksimal. Jika pemerintah sudah tahu kelemahan ini, mengapa tidak segera bertindak tegas? Jangan sampai warga terus-menerus dijadikan korban dari sistem yang hanya berjalan di atas kertas. Evaluasi tanpa eksekusi hanya akan menghasilkan penderitaan yang terus berulang. Jangan biarkan teknologi hanya jadi hiasan proyek, sementara rakyat menghirup bahaya setiap hari!

Udara Bersih Hanya untuk Elite, Asap untuk Rakyat?

Yang menjadi korban dari polusi BRT bukanlah mereka yang duduk di balik meja kekuasaan, tapi rakyat kecil di jalanan. Pedagang kaki lima, tukang ojek, pelajar, dan pekerja harian yang saban hari melintasi rute berasap adalah mereka yang paling rentan. Mereka tidak punya pilihan selain menerima, karena mereka tidak punya akses terhadap ruang aman. Pemerintah terlihat lebih sibuk membahas strategi layanan dan pertumbuhan rute, dibanding menjamin bahwa armada yang beroperasi tidak membunuh warganya secara perlahan. Jika udara bersih hanya tersedia untuk segelintir orang, maka kita sedang hidup dalam kota yang menindas diam-diam!

Udara Bersih Bukan Privilege: Lawan Polusi Sistemik Sekarang!

Warga Semarang berhak atas udara bersih. Itu bukan permintaan, tapi hak yang dijamin oleh konstitusi. Pemerintah tidak bisa terus bersembunyi di balik alasan “dalam proses” saat nyawa warga dipertaruhkan. Trans Semarang bukan sekadar alat transportasi—ia adalah refleksi cara pemerintah memperlakukan rakyat. Jika busnya beracun dan sistem pengawasannya mandul, maka itu adalah pengkhianatan terhadap amanah pelayanan publik. Saatnya warga bersuara lebih lantang. Jangan tunggu paru-paru rusak dulu baru bergerak! Lawan polusi sekarang, karena diam adalah bentuk kepatuhan pada pembiaran yang mematikan!


HIDUP MAHASISWA!
HIDUP RAKYAT INDONESIA!
HIDUP PEREMPUAN YANG MELAWAN!



Referensi:
https://www.kompasiana.com/najwaurfa7794/6857e25834777c10185c5512/sadis-polusi-asap-brt-atau-trans-semarang-meresahkan-warga
https://suarabaru.id/2025/05/30/brt-trans-semarangf-berasap-di-gobmel-dini-inayati-bok-belum-efektif-dan-efisien

No comments