Masukkan iklan disini!

[Review Buku] Filosofi Teras: Buku Self-Improvement Untuk Hidup yang Tenang dan Terhindar dari Emosi Negatif

Sumber: goodreads.com

Filosofi Teras merupakan buku yang ditulis oleh Henry Manampiring atau yang kerap disapa dengan nama Om Piring. Buku yang terbit pada tahun 2018 ini memiliki tebal sekitar 344 halaman. Buku ini merupakan salah satu dari sekian banyak buku self-improvement yang cukup digemari oleh banyak orang karena isinya yang terasa begitu relate dengan kehidupan.

Asal mula nama filosofi teras ini bermula pada zaman Yunani kuno yaitu sekitar 300 tahun sebelum masehi, Zeno seorang pelopor sekaligus pengajar filosofi ini sering mengajar muridnya di teras berpilar sehingga dalam versi Yunani disebut dengan ‘stoa’ dan untuk versi Indonesianya dikenal dengan istilah filosofi teras.

Banyak orang yang setiap mendengar kata filsafat teringat akan suatu hal yang abstrak, berat, dan rumit. Lain halnya dengan buku ini, Om Piring menulis buku ini dengan bahasa yang asik, mudah dipahami, gaul, dan penuh dengah humor sehingga pesan dalam buku ini mudah tersampaikan kepada pembaca.

Buku self-improvement ini dianggap dapat menyembuhkan penyakit zaman now seperti depresi, mudah stres, marah-marah, dan overthinking karena buku ini dapat memberikan solusi kepada kita agar menjauhi segala macam emosi negatif dan mengasah kebajikan (virtue).

Buku ini mengajarkan kepada kita mengenai dikotomi kendali, yaitu menyadari bahwa ada hal-hal yang bisa kita kendalikan dan ada hal-hal yang di luar kendali kita. Contoh hal-hal yang tidak bisa kita kendalikan yaitu tindakan orang lain, opini orang lain, reputasi kita, kekayaan kita, kondisi saat kita lahir, cuaca, harga saham, sampai dengan razia sepeda motor. Sedangkan hal-hal yang bisa kita kendalikan yaitu, opini, keinginan, tujuan, persepsi, dan pikiran kita sendiri. Solusinya ada dua, yaitu terima dengan sepenuh hati bahwa ada banyak hal yang di luar kendali kita atau fokus saja terhadap hal-hal yang bisa kita kendalikan.

“Peristiwa itu sendiri hampir selalu netral, tetapi kemudian menjadi “positif” atau “negatif” karena interpretasi dan makna yang kita berikan.”

“Bagi filsuf stoa, menggantungkan kebahagiaan pada hal-hal yang tidak bisa kita kendalikan adalah tidak rasional.”

“Jangan membesar besarkan masalah dan segera fokus pada apa yang bisa dilakukan”

Contoh penerapan dikotomi kendali yaitu pada saat terjebak kemacetan. Alih-alih marah-marah dan bad mood tidak jelas, lebih baik menyikapinya dengan cara lain seperti membaca ebook atau melakukan aktivitas lain yang lebih bermanfaat. Toh akhirnya sampai tujuan juga.

Selain nilai-nilai di atas, buku ini juga banyak mengajarkan tentang hal lain dalam hidup seperti amor fati (mencintai takdir), melawan lebay, hidup yang selaras dengan alam, dan banyak hal lainnya yang tentunya sangat bermanfaat bagi kehidupan.

Buku ini sangat cocok dan direkomendasikan bagi teman-teman yang sering merasa overthinking dan sedang mencari buku self-improvement. Lewat buku ini, kita diajarkan bagaimana menjalani hidup yang tenang dan terhindar dari emosi negatif. (Ana Syaharani)

No comments