Negeri Penuh Ironi : Saat Rakyatnya Kelaparan, Pejabatnya Bergelimang Harta dan Tunjangan
sumber : Kumparan.com
Berita kenaikan gaji Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) di tengah perayaan kemerdekaan bangsa Indonesia adalah sebuah ironi yang menyakitkan. Alih-alih merayakan pencapaian kolektif, publik disuguhi kabar yang mengikis makna kemerdekaan itu sendiri. Kenaikan gaji hingga Rp3 juta per hari bagi para "wakil rakyat" ini bukan sekadar angka, melainkan cerminan dari kegagalan institusi untuk berempati dengan realitas yang dihadapi oleh rakyat yang mereka wakili. KETIKA MEREKA YANG MENAMAI DIRINYA SEBAGAI WAKIL RAKYAT DAPAT BERFOYA-FOYA DENGAN UANG MEREKA, SEDANGKAN MEREKA YANG DIWAKILKAN JUSTRU HIDUP DIUJUNG TANDUK DALAM KEADAAN PERUT KELAPARAN.
KETIKA WAKIL RAKYAT BERFOYA-FOYA DIATAS RAKYATNYA YANG SENGSARA
Berita kenaikan gaji para tikus-tikus berdasi tentu saja menuai berbagai kecaman, melihat kinerja dan kondisi rakyatnya yang sangat memprihatinkan. Di saat jutaan rakyat Indonesia masih berjuang menghadapi tekanan ekonomi, harga kebutuhan pokok yang melonjak, serta lapangan kerja yang kian sulit, keputusan untuk menaikkan gaji DPR terasa sebagai pukulan telak. Gaji harian sebesar itu jauh melampaui pendapatan bulanan mayoritas pekerja di Indonesia, menciptakan jurang yang menganga antara rakyat dengan mereka para tikus-tikus berdasi. Masih banyak rakyat Indonesia yang hidup dibawah garis kemiskinan, bahkan mereka bekerja hanya untuk mencukupi kebutuhan mereka pada hari itu sembari memikirkan nasib hidup mereka di hari esok yang belum tentu dapat makan dan beristirahat di tempat yang layak. Sedangkan wakil rakyatnya sibuk berjoget-joget di KANDANGNYA tanpa melihat bagaimana kondisi rakyat yang mereka wakilkan itu.
KETIKA ANGKA GAJI TIDAK SEJALAN DENGAN KINERJA
Penting untuk diingat bahwa gaji dan fasilitas yang diterima oleh seorang pejabat publik, termasuk anggota DPR, sejatinya adalah bentuk apresiasi atas tanggung jawab besar yang diemban. Mereka adalah ujung tombak legislasi, pengawasan, dan penganggaran yang vital bagi arah pembangunan bangsa. Namun, ketika kenaikan gaji tersebut terjadi di tengah bayang-bayang kinerja yang stagnan, atau bahkan menurun, pertanyaan besar pun muncul: atas dasar apa kenaikan ini dilakukan? Apakah mereka memang benar-benar mewakili rakyat? Atau hanya sekedar memeras uang rakyat untuk menggantikan uang mereka yang habis digunakan ketika kampanye?
Pada akhirnya, kenaikan gaji ini adalah simbol dari kegagalan DPR untuk memahami esensi dari tugas mereka: mengabdi kepada rakyat, bukan mengabdi pada kepentingan pribadi. Kemerdekaan sejatinya bukan hanya tentang bebas dari penjajahan fisik, tetapi juga bebas dari kesewenang-wenangan dan ketidakadilan. Dan keputusan ini, sungguh, merupakan pengkhianatan terhadap semangat kemerdekaan itu sendiri.
HIDUP MAHASISWA!
HIDUP RAKYAT INDONESIA!
HIDUP PEREMPUAN YANG MELAWAN!
refrensi :
https://www.bbc.com/indonesia/articles/cqle4p2gdnzo
Post a Comment