Suka Duka Menelusuri Memori Masa lalu: Review Film Happy Old Year
Film Happy Old
Year merupakan film asal Thailand yang pertama kali ditayangkan pada 26
Desember 2019. Film ini bercerita tentang seorang perempuan bernama Jean yang diperankan
oleh Chutimon Chuengcharoensukying yang baru saja menyelesaikan kuliahnya di
Swedia dan pulang ke Thailand untuk meneruskan menjadi seorang arsitek. Jean bercita-cita
ingin mengubah rumah lamanya menjadi sebuah rumah sekaligus kantor dengan
desain minimalis sesuai yang ia impikan. Namun, terdapat masalah yang pertama
yaitu rumah tersebut adalah rumah ibunya yang penuh dengan barang-barang lama
dan tentu ibunya yang diperankan oleh Apasiri Nitibhon tidak akan
mengizinkannya. Akhirnya Jean menyampaikan hal tersebut kepada saudaranya
terlebih dahulu, Jay yang diperankan oleh Thirawat Ngosawang dan tentu Jay akan
membantu Jean.
Pengubahan rumah
nya tersebut Jean lakukan tanpa ada izin dari ibunya dan Jean bersama Jay
melakukan perubahan besar-besaran. Jean yang berhati dingin dan bertekad besar
untuk reorganisasi ini tentu memikirkan bahwa ini adalah hal yang mudah. Sosok
Jean merupakan sosok hasil modernisme, ia ingin segala sesuatunya minimalis nan
futuristik dan ingin melepas hal-hal lama yang tak berguna termasuk masa lalu yang
harusnya tidak perlu dikenang. Hal yang bertentangan dengan Jean mungkin bukan
hanya ibunya, tetapi masa lalu. Akan tetapi, dengan melihat barang-barangnya
lama emosi Jean terusik dan hatinya yang dingin mulai goyah setelah sahabatnya
Pink yang diperankan oleh Padcha Kitchaicharoen menemukan CD lama di tempat
sampah dan tentu Jean ingin membuangnya padahal itu pemberian dari Pink.
Jean mulai
membuka barang-barang lainnya yang akan dia buang dan saat melihat isi dari
barang-barang tersebut Jean dapat melihat bahwa barang-barang tersebut lebih
dari suatu barang dan tentu mempunyai nilai lebih. Akhirnya Jean ingin mengembalikan
semua barang-barang tersebut kepada pemiliknya, tetapi ternyata pengemablian
barang tersebut bukan hanya pengembalian barang. Dimulailah perjalanan Jean menghadapi
masa lalunya yang sebenarnya telah ia coba lupakan saat berkuliah di Swedia.
Perjalanan Jean mengembalikan barang-barang pun menjadi ajang untuk meminta
maaf kepada orang-orang yang ia sakiti. Masalah terbesar yang Jean rasakan
adalah saat ia mengembalikan barang kepada mantan kekasihnya yang tak pernah
jean hiraukan saat pergi ke Swedia. Pada akhirnya, melepas barang penuh
kenangan tidah semudah membalikan telapak tangan.
Film ini memang tidak memiliki konflik yang rumit, tetapi itu adalah poin utamanya karena hal ini memicu perkembangan karakter Jean yang menjadi daya tarik utama dalam film ini. Dengan konflik yang tak terlalu rumit penggambaran karakter Jean yang berhati dingin terlihat melunak ketika masa lalu menghampirinya satu per satu. Film ini juga mengusung konsep minimalis dan terlihat didominasi oleh warna putih dan sepertinya putih ini juga melambangkan perasaan jean yang hampir tidak memiliki emosi. Visual minimalis dan didominasi warna putih pada film ini juga cukup memanjakan mata penonton.
Alur cerita yang dimiliki film ini juga terkesan menarik dengan penggambaran karakter yang baik sehingga layak untuk ditonton. Walaupun pengambilan gambar dan visual sudah memanjakan mata penonton, tetapi durasi film ini terasa begitu lama dan melelahkan karena film ini jarang menyajikan dialog dan kita harus melihat adegan yang sama dengan durasi bermenit-menit. (Caca)
Post a Comment