Pro dan Kontra Warna-warni Transportasi Undip
sumber: google.com |
Indonesia
memiliki beragam transportasi umum, seperti di wilayah Universitas Diponegoro
yang kian hari kian berkembang seiring dengan kemajuan zaman dan teknologi.
Orang-orang sudah tidak asing lagi dengan alat transportasi ojek online di Indonesia. Dengan memanfaatkan
teknologi yang ada pada masa sekarang sangat mudah untuk mendapatkan transportasi
hanya melalui aplikasi di ponsel saja.
Keberadaan
ojek online di Undip banyak menuai
pro dan kontra. Terutama bagi para supir angkot. Hal tersebut disebabkan oleh
karena berkurangnya penumpang yang menggunakan angkot sejak adanya transportasi
ojek online tersebut.
Demo si kuning di Undip yang pernah terjadi di Bundaran, Undip lalu
menyita perhatian masyarakat Tembalang
dengan tidak menarik penumpang pada hari tersebut. Demo itu
dipicu oleh keberadaan ojek online di
Undip yang membuat mahasiswa jarang naik angkot karena mahasiswa banyak yang
naik ojek online untuk berpergian ke
kampus. Selain itu, banyak ojek online
yang menunggu di sekitar kampus. Ide demo tersebut muncul untuk menarik
perhatian pemerintah kota.
“Sekarang
setiap fakultas di
Undip bukan tempat untuk belajar mahasiswa malah seperti tempat parkir yang
semrawut (tidak tertata rapi) gitu lho. Masak di pintu masuk, banyak ojek online pada parkir,” kata
Hendi supir angkot di kawasan Undip.
Menurut
Hendi, dulunya sebelum
hadirnya ojek online, para supir angkot memiliki
pendapatan yang lumayan,
sedangkan sekarang untuk bayar setoran saja tidak bisa. Semakin lama keberadaan
angkot di Undip akan mati, hal ini dibuktikan dengan armada angkot yang beroperasi
di kawasan Undip yang awalnya 105 armada sekarang hanya 6 armada saja.
“Buat mahasiswa sebaiknya naik angkot jangan naik ojek online karena lama kelamaan akan
menimbulkan keributan pastinya. Sekarang kalau dilogika dari FPIK sampai
bunderan kok naik Go Car apa itu umum?” pesan dari Hendi.
Terkait
pro dan kontra mengenai keberadaan ojek online
ini, ternyata para supir angkot pernah mengajukan protes kepada pihak Rektorat
Universitas Diponegoro. Protes tersebut menuntut supaya ojek online hanya bisa mengantar mahasiswa
dari luar ke dalam Undip namun tidak boleh mengambil penumpang dari dalam
Undip. Hampir seperti peraturan yang ada di bandara di Indonesia.
“Rezeki sudah ada yang mengatur,
kita sebagai manusia hanya menjalani saja. Kalau ada kesempatan dapat uang yang
lebih banyak kenapa tidak, toh ini juga pekerjaan halal, untuk menghidupi anak
istri.” ujar Aris selaku salah satu ojek online
pada Jumat (22/09).
Pada Selasa (26/09) tim PH berkesempatan untuk melakukan wawancara
langsung dengan Kepala Bagian Humas Rektorat Undip, Nuswantoro. Masih adanya
pertanyaan mengenai transportasi online
yang sekarang sedang digandrungi oleh mahasiswa. Dilihat dari fakta yang ada
transportasi online memang sangat
membantu mahasiswa dan civitas akademik.
“Kita tidak membebaskan transportasi online,
tetapi mereka juga tidak memperoleh ijin, yang ada itu kewenangan Undip untuk
mengatur lalu lintas.” ujar Nuswantoro.
Secara umum Undip sudah mengeluarkan Peraturan Rektor yaitu dilarang
adanya kendaaraan ngetem (berhenti di
sepanjang jalan) karena mengganggu lalu lintas di sekitar Undip. Faktanya masih
banyak kendaraan yang berhenti sembarangan, sehingga Undip berencana membuat
regulasi untuk menjaga ketertiban lalu lintas di wilayah Undip. Kedepannya
Undip berencana untuk membuat mobil shelter
serta penyediaan jasa dalam membantu transportasi mahasiswa yang tidak memiliki
kendaraan serta adanya koordinasi mengenai transportasi apa saja yang melewati
wilayah Undip serta adanya sosialisai bagi mahasiswa dan civitas akademik.
Tidak bisa dipungkiri bahwa keberadaan ojek online di Undip menarik perhatian banyak pihak, salah satu yang
merasa diuntungkan adalah mahasiswa.
"Menurutku perubahan dari angkot atau BRT ke ojek online itu banyak menguntungkan
mahasiswa seperti saya, karena lebih efisien, lebih flexible, dapat dipesan
dengan mudah dan cepat apabila dibandingkan dengan angkot atau BRT yang harus
menunggu waktu kedatangan dan hanya menuju rute-rute tertentu saja, tidak hanya
itu menurutku ojek online juga alat
transportasi yang tepat bagi orang-orang yang tidak suka keramaian di alat
transportasi umum dan harganya juga terjangkau. tapi dibalik semua kelebihan
pasti juga ada kekurangan karena terkadang driver ojek online tidak tau alamat pasti dimana harus menjemput atau alamat
yang akan dituju, ditambah terkadang maps sering error atau tidak ada sinyal.
bila dibandingkan dengan angkot atau BRT yang sudah pasti mengetahui
tempat-tempat penjemputan dan arah atau rute mana yang dituju, sehingga kita
bisa tenang dalam berpergian ke tempat yang belum pernah kita tuju." tutur
Gicelle Technia Maher, FKM 2016.
Padahal Undip sendiri sudah menyediakan BRT yang telah secara resmi beroperasi dengan jalur dan halte yang khusus disediakan
untuk mahasiswa. Namun, kenyataannya justru warga biasa yang lebih sering
menggunakan BRT tersebut. Lalu,
bagaimana menurut kamu kehadiran berbagai alat transportasi di Undip? (Tim Cyber)
Post a Comment