Masukkan iklan disini!

Tapak Jejak Olahraga Indonesia di Kancah Internasional

Halo dips, sehat selalu ya…

Baru aja Indonesia bangga nih dips sama prestasi atlet-atlet yang ikut bahkan menang di Olimpiade Tokyo 2020. Gimana, pasti nonton kan pertandingan kemarin?

Awal Mula Indonesia bergabung dengan Olimpiade

Ngomong-ngomong soal olimpiade nih, tau nggak sih dips kalau Indonesia itu mulai berpartisipasi di pesta olahraga dunia sejak tahun 1952 yaitu ketika Olimpiade ke-15 digelar di Helsinki, Finlandia. Dulu Indonesia tercatat sebagai salah satu tim terkecil dengan hanya mengirim tiga atlet putra yaitu Thio Ging wie untuk angkat besi, Habib Soeharko untuk cabang renang dan Soedarmojo untuk cabang atletik.


(Tim Indonesia di Olimpiade Helsinki disambut Presiden Soekarno di Istana Negara pada 10 Juni 1952)

Sampai saat ini, Indonesia pernah dua kali absen olimpiade loh dips, yakni ketika Olimpiade di Tokyo Tahun 1964 karena Indonesia mendapat sanksi dari Komite Olimpiade Internasional (IOC) karena ikut serta dalam GANEFO atau Games of The New Emerging Forces yang digagas Presiden Soekarno dan juga Olimpiade di tahun 1980 di Moskwa, Rusia karena Indonesia ikut memboikot perang Soviet dan Afganistan.

Medali Pertama untuk Indonesia



Setelah tujuh kali Indonesia menerjunkan atlet-atletnya tanpa medali, pada kompetisi ke-8 Indonesia berhasil merebut medali loh. Tepat di tahun 1988 pada Olimpiade Seoul, Korea Selatan. Pemerolehan medali perak itu benar-benar menggores sejarah dalam catatan olahraga di Indonesia loh dips. Prestasi itu diraih oleh Tiga Srikandi pemanah Indonesia, sungguh membanggakan ya…


(Momen bersejarah ketika Nurfitriyana, Kusuma Wardhani, dan Lilies Handayani dikalungi medali perak di lapangan panahan Olimpiade Seoul)


Emas Pertama untuk Indonesia



Indonesia menerjunkan 47 atlet serta 22 pelatih dan ofisial dalam Olimpiade Barcelona, Spanyol tahun 1922. Untuk pertama kalinya cabang bulu tangkis diadakan pada tahun tersebut, dan tau nggak sih dips emas pertama langsung di sambar oleh atlet bulu tangkis asal Indonesia dengan perolehan 2 medali emas, 2 perak, dan 1 perunggu. Dia adalah Susi Susanti, Alan Budikusuma, Ardy Wiranata, dan pasangan Eddy Hartono dan Rudy Gunawan , wahh keren banget kan…

Pada Olimpiade sebelumnya yang diselenggarakan di Rio Jeaneiro 2016, Indonesia berada diperingkat ke-46 dengan perolehan 1 emas dan 2 perak. sehingga terhitung sepanjang keikutsertaannya di olimpiade hingga tahun 2016, Indonesia mendapatkan 32 mendali, yakni 7 emas, 13 perak, dan 12 perunggu.

Laga Indonesia di Olimpiade Tokyo 2020



Indonesia mengirimkan 28 atlet untuk berlaga di Olimpiade Tokyo 2020 nih dips. Olimpiade yang diundur 15 bulan karena pandemi Covid-19 itu diumumkan oleh Komite Olimpiade Internasional setelah Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe mengajukan penundaan selama 12 bulan. Tau nggak dips, 28 atlet yang mewakili Indonesia itu bertaruh pada delapan cabang olahraga loh diantaranya itu ada bulu tangkis (11 atlet), atletik (2 atlet), panahan (4 atlet), menembak (1 atlet), dayung (2 atlet), angkat besi (5 atlet), selancar (1 atlet), dan renang (2 atlet).

Hingga pada akhirnya saat ini Indonesia berada di peringkat ke-55 dan medali emas disabet oleh pasangan ganda putri bulu tangkis Greysia Polli dan Apriyani Rahayu cabang bulu tangkis, medali perak dari cabang angkat besi juga berhasil diangkat oleh Eko Yuli. Tidak hanya itu loh, masih ada tiga perunggu yang disumbangkan Anthony Sinisuka Ginting cabang bulu tangkis dan dua sisanya berhasil diraih oleh Widya Cantika Aisah dan Rahmat Erwin untuk cabang angkat besi.

Wahh… keren banget kan dips sebagai anak muda tentu kita jadi termotivasi dong untuk terus berlatih dan berjuang sesuai dengan passion yang kita miliki untuk membanggakan Ibu Pertiwi. Prestasi-prestasi yang sangat membanggakan seperti ini harusnya didukung penuh ya kan ya, karna tentunya untuk berada di posisi itu sungguh bukan hal yang mudah dan memerlukan perjuangan yang luar biasa.

Tapi Prestasi Indonesia kok Semakin Menurun?

Prestasi atlet olahraga nasional terus mengalami penurunan di kancah internasional dalam beberapa tahun terakhir. Hal itu pun tak lepas dari minimnya dukungan dana pemerintah yang dialokasikan untuk olahraga. Anggaran yang disiapkan pemerintah untuk sektor olahraga masih minim. bahkan sangat sedikit jika dibandingkan dengan negara negara tetangga seperti Vietnam dan Malaysia.

APBN untuk olahraga masih berada diangka 0,065%. Hingga dampak dari minimnya dukungan olahraga pemerintah antara lain:
  • ketiadaan sarana olahraga yang memadai untuk menjadi pusat-pusat pelatihan para atlet,
  • kecilnya kesempatan para atlet untuk mengikuti berbagai ajang olahraga tingkat regional maupun internasional,
  • sulitnya menggelar berbagai ajang olahraga.
Pada PP Nomor 18 tahun 2007 Pasal 9 ayat (1) Dana yang diperoleh dari sumber pendanaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 hanya dapat dialokasikan untuk penyelenggaraan keolahragaan yang meliputi:
  • olahraga pendidikan, olahraga rekreasi, dan olahraga prestasi;
  • pembinaan dan pengembangan olahraga;
  • pengelolaan keolahragaan;
  • pekan dan kejuaraan olahraga;
  • pembinaan dan pengembangan pelaku olahraga;
  • peningkatan kualitas dan kuantitas prasarana dan sarana olahraga;
  • pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi keolahragaan;
  • pemberdayaan peran serta masyarakat dalam kegiatan keolahragaan;
  • pengembangan kerja sama dan informasi keolahragaan;
  • pembinaan dan pengembangan industri olahraga;
  • standardisasi, akreditasi dan sertifikasi;
  • pencegahan dan pengawasan doping;
  • pemberian penghargaan;
  • pelaksanaan pengawasan; dan
  • pengembangan, pengawasan, serta pengelolaan olahraga profesional
Sebenarnya Apa sih yang jadi Penghambat?

1. Profesi atlet tidak atraktif bagi anak bangsa

Saat ini beberapa bidang olahraga memang cukup menarik minat para generasi muda seperti bulu tangkis dan sepakbola. Namun bidang di luar itu, bidang-bidang olahraga lainnya di Indonesia masih jarang sekali diminati. Beberapa penyebabnya antara lain ketidakjelasan jalur karir di bidang-bidang olahraga tersebut. Bahkan banyak mantan atlet yang terlantar, hidup dengan beberapa permasalahan yang tak terselesaikan seperti gaji dan sebagainya. Ini membuat regenerasi atlet menjadi tersengal-sengal. Bidang olahraga pun makin tidak diminati di negeri ini.

2. Olahraga tidak terbangun secara terintegrasi dengan sistem pendidikan

Orientasi sebagian masyarakat Indonesia memang belum melihat olahraga sebagai karir yang membanggakan dan menjanjikan. Pendidikan dan olahraga bukan paduan yang pas, seperti dua kutub magnet yang sama yang mencoba untuk bergabung; tentu sungguh sulit terwujud.

3. Belum optimalnya keterlibatan berbagai pihak terutama pihak swasta dalam pembinaan olahraga

Sebenarnya banyak pihak swasta di Indonesia ingin lebih membantu perkembangan olahraga di Indonesia. Namun mereka mengaku tidak bisa membantu dengan maksimal sebab olahraga di Indonesia belum berkembang dengan baik sebagai industri. Masih banyak sekali politisasi di dalam bidang ini yang membuat olahraga bukan tempat menjanjikan untuk bisnis.

4. Sarana dan prasarana olahraga yang minim

Sudah menjadi paham umum kalau kita belum memiliki lapangan sepakbola yang bagus. Itu hanya di satu bidang, belum lagi yang lain. Kurangnya perhatian pemerintah untuk menyediakan fasilitas pendukung olahraga yang baik membuat bidang ini makin tidak atraktif. Mereka yang telah memutuskan untuk menjadi atlet pun akan sulit berkembang.

5. Korupsi penghambat prestasi

Prestasi Indonesia di SEA Games 2017 yang hanya menempati posisi lima ternyata tak hanya di sebabkan oleh faktor atlet, maraknya korupsi di dalam sektor Olahraga juga menjadi penyebanya. Menurut catatan Indonesian Corruption Watch (ICW) yang dipresentasikan Koordinator Divisi Kampanye, Siti Juliantari, terdapat 69 kasus korupsi di bidang olahraga dalam kurun waktu 2010 hingga semester pertama tahun 2017. Tak tanggung-tanggung, negara rugi sebesar 854 miliar rupiah dengan total nilai suap 6,6 miliar rupiah.

Ternyata Hal ini Juga Berpengaruh

Menurut para ahli ternyata prestasi di bidang olahraga erat kaitannya dengan tingkat kesejahteraan sebuah negara loh, semakin tinggi prestasi olahraga, semakin sejahtera bangsa itu, demikian pula sebaliknya. Negara-negara yang maju prestasi olahraganya, umumnya mencatat produk domestik bruto (PDB) per kapita yang tinggi, yang menunjukkan tingkat kesejahteraan rakyatnya. Sebut saja negara-negara peringkat teratas dalam ajang Olimpiade 2016 di Rio de Janeiro, seperti AS dan Inggris, memiliki PDB per kapita jauh di atas rata-rata negara-negara di dunia.

Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Eko Listiyanto menuturkan, olahraga umumnya terkait dengan ekonomi. Negara maju yang mendominasi Olimpiade jika dikaitkan dengan faktor ekonomi tentu karena adanya insentif, kepastian profesi atau karier, dan jaminan masa depan bagi atlet berprestasi yang diberikan oleh negara. Selain ekonomi, jaminan kesejahteraan bagi atlet dan penghargaan bagi profesi atlet yang setara seperti profesi ahli seperti dokter, pengacara, dan dosen serta lainnya didukung dengan tumbuhnya industri olahraga, membuat negara maju unggul dibanding negara berkembang. “Tidak perlu menunggu PDB tinggi, bisa dimulai dengan perhatian bagi kesejahteraan atlet dan jaminan masa depan atau hari tuanya Ini akan menjadi insentif untuk memacu prestasi. Ini pandangan dari sisi ekonomi,”

Hal ini lah yang menjadi salah satu faktor perkembangan prestasi atlet di Indonesia cenderung lambat dan masih banyaknya masyarakat yang memandang profesi atlet sebagai suatu profesi yang menjanjikan. sehingga, mereka yang mempunyai bakat dalam dirinya dalam suatu cabang olahraga lebih memilih pekerjaan lain dan menjadikan bakatnya menjadi hobi alih alih menekuni cabang olahraga tersebut.

Berapa ya Anggaran Indonesia untuk Olahraga?

Berdasarkan hasil Rapat Kerja Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Komisi X yang membahas tentang Penyesuaian RKA K/L Tahun anggaran 2021 dengan Menteri Pemuda dan Olahraga, Zainudin Amali, Pemerintah menganggarkan dana senilai Rp 2.322.770.668.000 untuk dialokasikan pada bidang olahraga di Indonesia. Menpora Zainudin Amali berjanji akan manfaatkan dana tersebut seefektif dan seefisien mungkin agar bisa me-review total ekosistem keolahragaan dan juga me-review tentang pembinaan keolahragaan prestasi.

Menpora menyatakan bahwa fungsi fasilitasi memakan anggaran yang sangat besar dari total anggaran Kemenpora senilai Rp 2,3 triliun lebih, Rp 1,3 triliunnya telah teralokasi untuk fungsi fasilitasi untuk kegiatan yang sudah pasti akan dilakukan.

Pak Bu, ini Saran Kami.
  • Lebih ditingkatkan baik dalam segi strategi, peran dan prioritas dari pemerintah. Sebab sudah seharusnya pemerintah menjadi organisasi induk untuk mengelola olahraga di Indonesia.
  • Mengalokasikan pendanaan pada bidang olahraga sesuai dengan standar untuk membangun segala unsur yang mendukung majunya bidang olahraga. Karena bagaimanapun juga porsi perhatian bagi olahraga masih kurang bila dibanding dengan bidang lain.
  • Program pembinaan dan pengelolaan masih perlu disempurnakan.
  • Memperjelas jalur karir bagi olahragawan yang ada di Indonesia.
  • Memberikan dukungan penuh baik dari segi pendanaan hingga fasilitas pada atlet-atlet dan pelatih selama bertanding di kancah Internasional
  • Menjamin penghidupan atlet-atlet yang berhasil bertanding bahkan menang dalam ajang internasional.
  • Membangun minat olahraga secara terintegrasi dalam sistem pendidikan, seperti melakukan penyeleksian dan pelatihan yang serius dan kontinu mulai dari pendidikan dasar hingga perguruan tinggi.
  • Menindak tegas segala bentuk KKN dalam bidang olahraga sehingga perusahaan swasta tertarik untuk bekerja sama dengan negara dalam mendukung olahragawan.
  • Membenahi pembangunan dan pemenuhan fasilitas olahraga di Indonesia, karena kurangnya perhatian pemerintah untuk menyediakan fasilitas pendukung olahraga yang baik membuat bidang ini makin tidak atraktif.
Wahh gimana nih dips, menyikapi fakta-fakta yang ditemukan di lapangan? Semoga dana yang dialokasikan untuk bidang olahraga benar-benar bisa digunakan sebagaimana mestinya serta bisa memenuhi standar untuk pendanaan segala unsur-unsur yang mendukung kemajuan olahraga di Indonesia ya dips. Tapi… kita perlu mengawal terus nih dips, hehehe jangan sampai ada rekening yang diam-diam membengkak dan tidak ter alokasikan sebagaimana mestinya atau ada atlet-atlet berprestasi yang diabaikan oleh negara. (BEM Sospol FKM Undip)

Sumber :

Jazuli,M.R. Inilah Beberapa Faktor Sebab Prestasi Olahraga di Indonesia Kurang Maksimal. https://policy.paramadina.ac.id/inilah-beberapa-faktor-sebab-prestasi-olahraga-di-indonesia-kurang-maksimal/(diakses pada tanggal 9 Agustus 2021)

Erianto Dwi, 2021. Prestasi Indonesia di Ajang Olimpiade. Kompas Pedia. diakses melalui https://kompaspedia.kompas.id/baca/paparan-topik/prestasi-indonesia-di-ajang-olimpiade

Palupi, Annisa A. 2021. Medali-medali Indonesia di Olimpiade dari Masa ke Masa. Kompas. Diakses melalui https://www.kompas.com/sports/read/2021/07/27/12541238/medali-medali-indonesia-di-olimpiade-dari-masa-ke-masa?page=all

Kementrian Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia. 2020. Diakses melalui https://www.kemenpora.go.id/detail/93/anggaran-ta-2021-disetujui-komisi-x-dpr-ri-menpora-ri-akan-gunakan-secara-kreatif-dan-inovatif
Ayudiana, Shofi. 2020. Anggaran 2021 terbatas, Menpora yakin tetap bisa capai target prestasi. Antara News. Diakses melalui https://www.antaranews.com/berita/1741517/anggaran-2021-terbatas-menpora-yakin-tetap-bisa-capai-target-prestasi#mobile-nav







No comments