Comdev, Pelecut Rasa Kepedulian Mahasiswa FKM Undip
Comdev
(community development) merupakan sebuah
program yang digagas oleh BEM FKM Undip bekerjasama dengan UKK PIRC (Penalaran
Ilmiah Research Club). Pengertian comdev itu sendiri kurang lebih
merupakan sebuah upaya untuk membina masyarakat agar lebih mandiri. Sasaran
dari acara comdev yaitu masyarakat di
sebuah desa yang memiliki potensi sumber daya tetapi belum mampu mengorganisir
dengan baik. BEM FKM memiliki desa mitra yaitu di daerah Rowosari RW 07 dan 08.
Baru-baru ini,
tepatnya Sabtu (24/3), diadakan pelatihan comdev
dan riset. Acara ini semacam talkshow dengan pembicara yang luar biasa. Salah
satunya adalah Bapak Aris. Presiden BEM KM periode 2004/2005 ini menjelaskan
mengenai apa itu comdev dan bagaimana
program ini seharusnya berjalan. Selain itu ada Bapak Asep. Beliau memaparkan
mengenai riset. Yang terakhir dan tak kalah luar biasa adalah Bapak Roni.
Beliaulah yang memotivasi kami untuk melakukan sesuatu, baik itu riset, comdev, ataupun keduanya. Meskipun
acaranya mundur sekitar satu jam, antusiasme peserta memang tidak terbendung. Hal
ini terbukti dari keaktifan peserta pada sesi tanya jawab. “Menurut aku,
acaranya asyik ya. Pembicara-pembicaranya juga menarik. Walaupun acaranya ngaret tapi ya nggak apa-apa,” ungkap Kusnia, salah satu peserta pelatihan (24/3).
Setelah acara
pelatihan tersebut, dibuka open
recruitment (oprec) bagi peserta yang berminat untuk terjun langsung ke Desa
Rowosari membantu warga setempat. “Diharapkan kita bisa mem-blow up potensi pisang di daerah
Rowosari agar lebih terorganisir,” tutur Tommy, ketua panitia pelatihan comdev dan riset. Ia juga menambahkan
bahwa nantinya Departemen Dimas akan berkolaborasi dengan Departemen KWU. Peran
Departemen KWU sendiri adalah untuk memasarkan produk olahan pisang dari
masyarakat Rowosari.
“Program kami
masih dirintis selama dua tahun. Kami masih meraba-raba dan mengobservasi lagi
potensi pisang di Rowosari. Jadi untuk manfaat yang real dari program ini memang belum terlihat nyata,” jelasnya.
Tujuan program
ini, seperti yang diungkapkan oleh Yulhaimi Febriantoro selaku Kepala
Departemen Dimas BEM FKM 2012 adalah lebih ke pengubahan mindset dari mahasiswa FKM Undip sendiri tentang pengabdian.
“Selama ini mereka berpikir bahwa pengabdian hanya berupa baksos, sunat masal,
dll. Padahal banyak konsep pengabdian selain daripada itu. Salah satunya yang
telah dilakukan BEM FKM tahun lalu berupa community
developmment,” terang mahasiswa asal Rembang ini. Ia menganggap hal
tersebut lebih ada benefitnya
daripada hanya memberi kemudian langsung habis.
Ternyata yang interest terhadap program ini tidak
hanya dari kalangan mahasiswa saja. Pihak birokrasi atau dari kalangan dosen
juga menunjukkan ketertarikannya. Sayangnya karena kesibukan, beliau-beliau tidak
sempat untuk terjun langsung di masyarakat. Febri mengungkapkan bahwa pihak
dosen memang sempat terlibat, yaitu sebagai penyuluh bagi masyarakat. “Ya
mungkin beliau ingin bergabung dengan kami. Tetapi kan pekerjaan mereka tidak
hanya itu saja. Mereka bisa saja melibatkan diri dengan pemikiran-pemikiran
atau konsep – konsepnya. Jadi tidak harus terjun langsung,” tandasnya panjang
lebar (Rizki Amalia R.).
Post a Comment