Masukkan iklan disini!

Jamu Pengubah Dunia dalam Film Abadi Nan Jaya



Sumber: Detik.com

    Rilis satu bulan lalu, Abadi Nan Jaya hadir bak angin segar di tengah hiruk-pikuk film horror-thriller Indonesia. Bertemakan zombie, film ini menampilkan bagaimana budaya lokal dapat dibalut dalam tema populer di kancah internasional. Disutradarai Kimo Stamboel, film ini turut menghadirkan jajaran aktor dan aktris yang akrab di telinga seperti Mikha Tambayong, Claresta Taufan, Eva Celia, Donny Damara, Marthino Lio, dan Dimas Anggara.

    Berlatarkan Desa Wanirejo yang masih asri, kisah ini bermula dari Sadimin, pemilik perusahaan jamu yang lelah usahanya dipandang sebelah mata. Ambisinya memuncak ketika ia meracik jamu awet muda bernama Abadi Nan Jaya, sebuah ramuan yang mampu mengembalikan masa muda secara instan, menghilangkan kerutan, dan membuat rambut kembali hitam. Hal itu ia tunjukkan langsung ketika anak-anaknya pulang untuk membahas rencana menjual perusahaan milik Sadimin.
    
    Namun, hari yang seharusnya penuh tawa justru berubah menjadi petaka. Setelah meminum jamu tersebut, Sadimin muntah darah, matanya melotot, dan kehilangan kesadaran sebelum akhirnya menggigit siapa pun yang ada di hadapannya tanda ia telah berubah menjadi zombie. Korban pertama adalah pekerja rumahnya, lalu wabah itu menjalar ke seluruh desa. Tidak berhenti di Sadimin, film ini lebih banyak menampilkan perjuangan anak, cucu, istri Sadimin, warga yang tak bersalah, hingga polisi yang tumben benar-benar membantu, membuat cerita terus berkembang dan semakin mengasyikkan.

    Film ini menunjukkan bagaimana ambisi berlebihan yang dibarengi egoisme dapat membawa kerugian dan kehilangan. Selain itu, semangat bertahan hidup, kasih sayang orang tua kepada anak, kedekatan kakak-beradik, dan kekuatan persatuan menjadi benang merah perjalanan cerita. Dengan durasi 111 menit, Abadi Nan Jaya berhasil membuat penonton greget, tegang, dan terhanyut ke dalam ceritanya.

    Akting dan riasan khas zombie dengan lumuran darah tampak realistis hingga membuat penonton berjengit ngeri. Film ini juga menonjolkan kearifan lokal seperti suasana kondangan, rumah pedesaan, truk yang digunakan untuk mengangkut warga, serta dialog yang didominasi bahasa Jawa. Meski begitu, ending-nya berpotensi menimbulkan rasa kesal karena banyak perjuangan yang terasa sia-sia. Beberapa pertanyaan pun masih belum terjawab, seperti apa sebenarnya kandungan jamu Abadi Nan Jaya, apakah kejadian serupa terjadi di tempat lain, dan bagaimana nasib istri serta cucu Sadimin yang selamat. Secara keseluruhan, Abadi Nan Jaya tetap menjadi tontonan yang menyenangkan dan penuh ketegangan. (alvita)

No comments